Published on tebar Edisi Perdana Tahun I 31 Mei 2003
Konflik multikultural ataupun multidimensional yang akhir–akhir ini mencuat dalam berbagai kejadian yang memprihatinkan dewasa ini bukanlah sebuah konflik yang muncul begitu saja, akan tetapi merupakan akumulasi dari ketimpangan–ketimpangan dalam menempatkan hak dan kewajiban yang cenderung ditutup–tutupi. Konflik merupakan benturan yang terjadi antara 2 pihak atau lebih, yang disebabkan adanya perbedaan nilai, status, kekuasaan, dan kelangkaan sumber daya. Konflik dan kehidupan manusia sangatlah sulit untuk dipisahkan dan keduanya berada bersama-sama, karena perbedaan nilai, status, kekuasaan dan keterbatasan sumber daya itu memang given. Konflik akan selalu dijumpai dalam kehidupan manusia atau kehidupan masyarakat, sebab untuk memenuhi kebutuhan hidupnya manusia melakukan berbagai usaha yang dalam pelaksanaannya selalu dihadapkan pada sejumlah hak dan kewajiban.
Kata konflik itu sendiri seringkali mengandung konotasi negatif, yang cenderung diartikan sebagai lawan kata dari pengertian kerjasama, harmoni, dan perdamaian. Konflik acapkali diasosiasikan dengan kekerasan atau ancaman kekerasan. Pandangan yang dangkal mengenai konflik yang demikian, sulit untuk diubah. Munculnya budaya "memendam konflik", "enggan berkonflik" dan anggapan bahwa berkonflik adalah "berperang" bukanlah sesuatu yang relevan untuk saat ini. Konflik bukanlah sesuatu yang dapat dihindari atau disembunyikan tetapi harus diakui keberadaannya, dikelola, dan diubah menjadi suatu kekuatan bagi perubahan positif.
Konflik perlu dimaknai sebagai suatu ekspresi perubahan masyarakat. Keterbukaan dalam merunut akar permasalahan konflik dan komunikasi yang baik antar pihak yang berkepentingan merupakan strategi penanganan konflik yang perlu dikedepankan. Ketersediaan informasi yang jujur dan dapat dipahami oleh semua pihak yang berkepentingan merupakan syarat terjalinnya komunikasi diatas. Keragaman budaya yang ada bisa juga berarti keragaman nilai-nilai. Keragaman nilai bangsa kita seharusnya dipandang sebagai modal bangsa bukannya dipandang sebagai sumber konflik. Interaksi lintas budaya yang apresiatif dan komunikatif akan dapat melahirkan proses sintesa–sintesa budaya. Budaya yang universal yang lebih dapat menaungi komunitas yang lebih besar ataupun berkembanganya suatu sistem nilai (budaya) tertentu sebagai akibat "sentuhan–sentuhan" dengan sistem nilai (budaya) tertentu adalah sesuatu yang kita harapkan.
Kenyataan sejarah manusia dipenuhi oleh kisah–kisah pertentangan kepentingan. Kedewasaan sebuah komunitas masyarakat ditentukan oleh bagaimana komponen–komponen (angggota) di dalam me-manage kepentingan–kepentingan yang muncul. Dan perlu disadari bahwa konflik menciptakan perubahan. Konflik merupakan salah satu cara bagaimana sebuah keluarga, komunitas, perusahaan dan masyarakat berubah. Konflik juga dapat mengubah pemahaman kita akan sesama, mendorong kita untuk memobilisasi sumber daya dengan cara– cara baru. Konflik membawa kita kepada klarifikasi pilihan–pilihan dan kekuatan untuk mencari penyelesaiannya.
0 comments:
Post a Comment